Nama asli Bung Ali hingga kini belum diketahui. Menurut catatan I Gusti
Ngurah Pindha, Bung Ali adalah orang yang juga selalu menyertai I Gusti
Ngurah Rai sejak pembentukan Markas Besar Umum Dewan Perjuangan Rakyat
Indonesia (MBU DPRI) Sunda Kecil di Munduk Malang Tabanan. Beliau adalah
seorang Letnan Satu Angkatan Darat. Tahun 1946 usianya lebih kurang telah
mencapai 30 tahun. Ada yang menyebutkan bahwa beliau pada rnulanya bertugas
di Timor dan akhirnya dengan numpang perahu sampai di Bali. Dilihat
dari raut mukanya, memang menurut I Gusti Ngurah Pindha menyerupai
Jepang asli. Orangnya sangat garang dan sangat menakutkan. Kalau beliau
tertawa kelihatan giginya putih-putih seperti gigi orang Jepang. Rambutnya
juga seperti orang Jepang. Penampilannya agak kasar tetapi suka bercerita
dan sangat baik hati. Beliau sangat setia kepada I Gusti Ngurah Rai sehingga
Beliau disebut Bapak Besar. Jika I Gusti Ngurah Rai lelah dalam perjalanan
atau jika melalui jalan yang sulit-sulit, maka Bung Alilah yang menggendong
atau didukung di atas pundaknya, seolah-olah beliau sebagai kuda.
Menurut I Gusti Ngurah Pindha, Bung Ali bergabung dengan pemuda pejuang
di Bali atas keyakinan politik. Apa kata I Gusti Ngurah Pindha tentang
Bung Ali dalam bukunya? Berikut cuplikannya.
“Bung Ali menyatakan bahwa Beliau lari dari kesatuannya dan datang di Bali,
karena didengar di Bali ada perjuangan kemerdekaan. Saya tahu bahwa orang-orang
di Tokyo yang katanya hendak memberikan kernerdekaan kepada Indonesia itu
bohong semua. Mereka menipu saudara-saudara. Saya dari dulu berjuang supaya
Indonesia segera rnendapatkan kemerdekaan, tetapi terlalu banyak orang
menipu, kata Bung Ali. Selanjutnya dikatakan bahwa beliau sendiripun ditipu
dan dipakai alat oleh kaum kapitalis yang menguasai ekonomi Jepang. Orang
Sakura itulah sebenarnya mengadakan perang dan kami disuruh mati, tetapi
mereka yang mendapat untung dari pengorbanan kami. Orang-orang begitu yang
paling saya benci. Demikian katanya dengan garang. Beliau menceritakan
dirinya di Surabaya membunuh tiga orang Sakura. Saya lihat mereka berjalan
sempoyongan mabuk di jalan sepi kira-kira jam 24.00, lalu saya tarik mereka
ke tempat yang gelap dan saya penggal kepala mereka dengan samurai, bangkai
mereka saya buang di got. Saya tidak merasa berdosa membunuh orang-orang
begitu, karena kami sudah berjuta-juta menjadi korban mereka, Kami disuruh
perang melawan Amerika, tetapi mereka terus menyirnpan uang di Amerika.
Saya tahu Jepang tidak bisa menang perang, karena terlalu banyak pengkhianat,
kata Bung Ali”.
Ada yang menyatakan bahwa Bung Ali adalah orang sosialis Jepang yang kena
wajib militer. Beliau banyak menyebut Tenno Heika seperti halnya I Nyoman
Sayan. Dalam upaya ikut serta membela dan mempertahankan kemerdekaan RI,
akhirnya Bung Ali gugur sebagai kusurna bangsa di Wanasari Tabanan tahun
1946 melawan serdadu Netherlands Indies Civil Administration (NICA). Namanya
patut kita kenang sepanjang masa, karena membantu perjuangan kemerdekaan
bangsa Indonesia, khususnya di Bali.
|
|